Apakah makan gula bisa kanker ?!
- Andreas Ronald
- Oct 7
- 4 min read
Banyak orang mendengar bahwa “gula bisa menyebabkan kanker,” tapi tidak semua tahu bagaimana sebenarnya hubungan antara keduanya. Faktanya, semua sel di tubuh kita — baik yang sehat maupun yang sakit — membutuhkan gula (glukosa) untuk bertahan hidup. Namun, cara sel kanker menggunakan gula berbeda dengan sel normal.
Fenomena inilah yang disebut Warburg Effect, dan menjadi dasar mengapa konsumsi gula berlebih dikaitkan dengan risiko kanker yang lebih tinggi.
Apa Itu Warburg Effect?
Warburg Effect ditemukan oleh Dr. Otto Warburg, seorang ilmuwan Jerman peraih Nobel pada tahun 1931. Ia menemukan bahwa sel kanker menghasilkan energi dengan cara yang berbeda dari sel normal.
Sel normal menghasilkan energi (ATP) dengan cara yang efisien, yaitu melalui proses fosforilasi oksidatif di mitokondria, yang membutuhkan oksigen dan menghasilkan banyak energi dari satu molekul glukosa.
Sebaliknya, sel kanker cenderung menggunakan glikolisis anaerob, yaitu proses menghasilkan energi tanpa oksigen — bahkan ketika oksigen tersedia dalam jumlah cukup. Proses ini sangat tidak efisien, karena menghasilkan jauh lebih sedikit energi dari jumlah glukosa yang sama.
Akibatnya, sel kanker harus mengonsumsi gula lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan energinya. Karena itu, banyak ilmuwan menggambarkan sel kanker sebagai “rakus gula.”
Jadi, Apakah Gula Menyebabkan Kanker?

Gula tidak secara langsung menyebabkan kanker, namun konsumsi gula berlebih bisa meningkatkan risiko kanker secara tidak langsung melalui beberapa mekanisme biologis.
1. Gula Berlebih Meningkatkan Insulin dan Faktor Pertumbuhan (IGF-1)
Konsumsi gula berlebihan dapat meningkatkan kadar insulin dan insulin-like growth factor 1 (IGF-1) dalam darah. Kedua zat ini berperan penting dalam proses pertumbuhan dan pembelahan sel.
Jika kadarnya terlalu tinggi, keduanya bisa merangsang pertumbuhan sel kanker atau mempercepat pertumbuhan sel abnormal yang sudah ada.
Beberapa studi menunjukkan kadar IGF-1 yang tinggi berhubungan dengan peningkatan risiko kanker payudara, prostat, dan kolorektal.
2. Gula Berlebih Menyebabkan Obesitas
Terlalu banyak gula menyebabkan peningkatan kalori dan lemak tubuh, yang akhirnya berujung pada obesitas.
Lemak tubuh yang berlebih, terutama lemak viseral di perut, dapat menghasilkan hormon estrogen dan sitokin peradangan (inflammatory cytokines) yang berperan dalam proses pembentukan dan pertumbuhan kanker.
Menurut American Institute for Cancer Research (AICR), obesitas merupakan penyebab utama lebih dari 13 jenis kanker, termasuk kanker payudara pascamenopause, usus besar, rahim, dan pankreas.
3. Gula Memicu Stres Oksidatif dan Peradangan
Kadar gula darah tinggi dalam waktu lama dapat menyebabkan stres oksidatif — kondisi di mana produksi radikal bebas melebihi kemampuan tubuh untuk menetralkannya.
Radikal bebas ini dapat merusak DNA, yang jika tidak diperbaiki dengan baik dapat menyebabkan mutasi genetik — langkah awal terjadinya kanker.
Bukti Ilmiah dari Penelitian
Beberapa penelitian besar mendukung hubungan antara konsumsi gula berlebih dan risiko kanker:
BMJ (2019) – Studi dari Prancis terhadap lebih dari 100.000 orang menunjukkan bahwa konsumsi minuman manis (termasuk jus buah) berhubungan dengan peningkatan risiko kanker secara keseluruhan, terutama kanker payudara.
Cancer Epidemiology, Biomarkers & Prevention (2020) – Penelitian di Amerika menemukan konsumsi tinggi minuman bergula berkaitan dengan peningkatan risiko kanker usus besar pada wanita.
AICR (2023) juga menegaskan bahwa gula tambahan tidak menyebabkan kanker secara langsung, tetapi konsumsi berlebih menyebabkan penambahan berat badan, yang merupakan faktor risiko kuat untuk kanker.
Rekomendasi WHO Tentang Gula
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization, WHO) memberikan pedoman konsumsi gula yang aman sebagai berikut:
Maksimal 10% dari total kalori harian boleh berasal dari gula tambahan.Untuk orang dewasa dengan kebutuhan kalori 2000 kkal, berarti sekitar 50 gram gula per hari (setara ±12 sendok teh).
Untuk manfaat kesehatan yang lebih optimal, WHO menyarankan kurang dari 5% dari total kalori harian, yaitu sekitar 25 gram per hari (sekitar 6 sendok teh).
Angka ini termasuk semua gula tambahan, baik yang ada di minuman manis, makanan olahan, maupun saus dan dressing.
Tips Aman Mengonsumsi Gula Sehari-hari
Berikut beberapa langkah sederhana agar tetap bisa menikmati rasa manis tanpa membahayakan kesehatan:
✅ Kurangi minuman manis seperti soda, teh kemasan, atau jus kemasan.
✅ Perhatikan label gizi – cek kolom “Gula total.” Jika lebih dari 25g per porsi, sebaiknya dibatasi.
✅ Pilih air putih, infused water, atau teh tawar sebagai pengganti.
✅ Konsumsi buah utuh dibanding jus, karena serat membantu mengatur penyerapan gula.
✅ Gunakan pemanis alami secukupnya seperti stevia atau madu murni — tetap tidak boleh berlebihan.
✅ Hindari ngemil manis di malam hari karena memperburuk metabolisme tubuh.
Apakah Pasien Kanker Harus Puasa Gula Total?
Banyak pasien kanker berpikir mereka harus menghindari gula sama sekali. Ini tidak benar. Tubuh tetap membutuhkan glukosa untuk menjalankan fungsi normal seperti kerja otak, otot, dan organ vital.
Namun, pasien kanker disarankan untuk:
Menghindari gula tambahan dan olahan (misalnya kue, minuman manis, makanan cepat saji).
Fokus pada karbohidrat kompleks (nasi merah, oats, kentang, sayuran, buah rendah glikemik).
Menjaga pola makan seimbang sesuai saran dokter gizi klinik atau onkologis.
Kesimpulan
Gula bukanlah penyebab tunggal kanker, tapi konsumsi berlebih dapat memperburuk faktor-faktor yang memicu dan mempercepat pertumbuhan kanker.
Sel kanker memang membutuhkan lebih banyak gula karena proses metabolismenya yang tidak efisien — ini dikenal sebagai Warburg Effect. Namun, kunci sebenarnya ada pada keseimbangan dan pengendalian asupan.
Dengan membatasi gula tambahan, menjaga berat badan ideal, dan rutin beraktivitas fisik, risiko kanker bisa ditekan secara signifikan.
💙 Jangan takut lawan kanker.
💬 Because you deserve to live longer.
Referensi:
Chazelas, E., et al. (2019). Sugary drink consumption and risk of cancer: results from NutriNet-Santé prospective cohort. BMJ, 366:l2408.
Makarem, N., et al. (2020). Consumption of Sugary Beverages and Cancer Risk: Results from the Women’s Health Initiative. Cancer Epidemiology, Biomarkers & Prevention, 29(9), 1876–1886.
Warburg, O. (1956). On the origin of cancer cells. Science, 123(3191), 309–314.
World Health Organization (2015). Guideline: Sugars intake for adults and children.
American Institute for Cancer Research (AICR). Sugar, weight gain, and cancer risk.
Giovannucci, E., et al. (2010). Obesity, insulin resistance, and cancer risk. Journal of Clinical Oncology, 28(26), 4058–4066.
Kaaks, R., et al. (2021). Insulin, IGF-1 and cancer: epidemiological evidence and biological mechanisms. Nature Reviews Cancer, 21, 254–268.



Comments